Relawan Mahyeldi-Vasko menyampaikan pandangannya terkait maraknya penggunaan polling politik di Instagram yang dianggapnya telah dikapitalisasi dan dijadikan alat kampanye terselubung oleh beberapa pihak. Dalam pernyataannya, Padli Rahmad menekankan pentingnya menjaga integritas dalam praktik politik, khususnya di era digital yang kian terbuka.
“Polling di Instagram sering kali dimanfaatkan sebagai alat kampanye. Hasilnya mungkin terlihat mewakili opini publik, tapi kenyataannya tidak sedikit yang sengaja memanipulasi atau mengkapitalisasi tren ini untuk mendongkrak popularitas tanpa benar-benar mendengar suara masyarakat,” ujar pria yang akrab disapa Padli
Padli yang merupakan aktivis ekonomi kreatif itu menambahkan bahwa meskipun elektabilitas atau tingkat keterpilihan seorang calon merupakan aspek penting dalam politik, hal tersebut tidak cukup untuk menjamin kualitas kepemimpinan.
“Selain elektabilitas, kita juga butuh etikabilitas. Artinya, seorang calon harus memiliki moral dan etika yang baik, serta benar-benar memperjuangkan kepentingan masyarakat, bukan hanya sekadar mencari popularitas,” jelasnya.
Pernyataan tersebut mencerminkan kekhawatirannya terhadap tren kampanye politik yang lebih berfokus pada strategi visual dan citra di media sosial, dibandingkan substansi dan kebijakan yang seharusnya diperjuangkan oleh para calon.
Dalam komentarnya, ia juga mengajak para pengguna media sosial untuk lebih kritis dalam menilai informasi yang beredar, khususnya terkait polling atau kampanye politik di platform digital. “Jangan mudah terpengaruh dengan angka-angka di media sosial. Kita harus lebih kritis, lihat rekam jejak dan visi dari kandidat yang ada,” tutup Padli.
Pandangan ini mendapat respon positif dari para pengikutnya, yang banyak setuju bahwa politik seharusnya tidak hanya berfokus pada popularitas semata, melainkan juga pada integritas dan kualitas kepemimpinan yang ditawarkan oleh kandidat.